DIAMOND MENTALLITY
Memasuki Ramadhan, nuansa spiritual kita sebagai umat Islam cenderung naik. Puasa di siang hari,
ditambah tarawih di malam hari, dihiasi dengan beragam kajian ilmu dan bacaan quran.
Kondisi ini berlangsung selama 29-30 hari. Yang dalam beberapa pendapat para ahli disampaikan bahwa
periode dengan durasi sebanyak itu mampu membentuk sikap dan karakter seseorang.
Termasuk sebuah sikap yang sangat baik untuk kita kembangkan pasca ramadhan.
SahabAT, saat menjalankan puasa ramadhan, kemudian kita mengambil wudhu untuk pergi sholat,
adakah kiranya manusia lain tahu jika kita melakukan dorongan air kumur untuk masuk ke tenggorokan kita yang kering?
Tentu tidak.
Tapi, pertanyaannya, mengapa kita tidak melakukan hal itu?
Jawabannya adalah karena kita merasa diawasi oleh Allah SWT. Sehingga kita tidak berani
melakukannya karena hal itu akan membatalkan puasa. Kita khawatir kehilangan ibadah puasa ramadhan
di hari itu. Kita tetap menjaga diri dari semua hal yang berpotensi membatalkan puasa, meskipun tidak
berada pada jarak geografis yang dekat denganNya. Namun kita yakin bahwa Dia Maha Melihat dan memperhatikan kita.
Pengawasan inilah yang membuat kita merasa bahwa kita tidak sendiri. Sehingga kita lebih cermat, hati-hati,
dan matang dalam bertindak. Jauh dari merugikan diri kita sendiri ataupun orang lain.
Karena kita merasa terus diawasi penuh cinta olehNya.
“Bertawakallah engkau kepada Dzat Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Yang Dia melihatmu ketika engkau berdiri (melakukan ibadah). Dan Dia melihat gerak-gerikmu di antara orang-orang yang sujud.” (asy-Syu’ara: 217—219)
Allah subhanahu wa ta’ala melihat apa yang engkau lakukan di tengah malam yang gulita saat tidak ada seorang pun melihat dirimu. Saat engkau berdiri untuk ibadah kepada-Nya, Dia tahu. Saat engkau sujud, Dia pun tahu.
Dengan muraqabah, engkau yakin Allah subhanahu wa ta’ala mendengar semua yang terucap oleh lisanmu. Karena itu, engkau jaga lisanmu agar tidak berucap kecuali kebenaran atau diam, sebagaimana bimbingan agung sang Rasul yang agung shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau hendaknya dia diam.”
Dengan muraqabah, engkau jaga pandangan matamu agar tidak melihat sesuatu yang diharamkan walau sembunyi-sembunyi. Sebab, engkau yakin dengan firman-Nya,
“Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang tersimpan dalam dada.” (Ghafir: 19)
SahabAT,
demikian pula dalam perjalanan karir kita. Para manusia dengan sikap yang sama akan lebih matang dalam berpikir dan bertindak.
Mereka merasa diawasi. Mereka merasa dimonitor oleh Tuhan dan bisa jadi oleh atasan. Meski, sang pengawas
tidak berada di dekatnya.
Sehingga, dalam beraktivitas kerja terutama, selayaknya para berlian ini akan melakukan kerja-kerja terbaik
dengan atau tanpa hadirnya atasan dan pengawasan. Mereka terus menunjukkan kinerja terbaiknya.
Mereka pun memimpin dirinya sendiri dan mempersembahkan prestasi dalam kinerja. Karena mereka yakin, paham, dan percaya bahwa fungsi
pengawasan ini terus berjalan.
Maka, marilah lewat momentum ramadhan yang mulia ini, kita budayakan sikap serupa.
Mendidik diri untuk terus melakukan yang terbaik di manapun dan dalam kondisi apapun. Apalagi dalam jalur karir yang kita pilih.
Sehingga kita hadir sebagai pribadi yang prestatif dan berintegritas, baik diawasi secara langsung maupun tidak.
Akhmad Akbar
Career Optimizer