Thumb FORMULASI KEPERCAYAAN

FORMULASI KEPERCAYAAN

Sahabat, apa yang ada di benak Anda jika seorang Christiano Ronaldo (CR7) diajari
cara menendang bola oleh remaja yang baru bergabung Sekolah Sepak Bola (SSB) ?

Atau apa yang terbayang jika Alm. Kasino Warkop dididik tentang cara melawak dan berkomedi
oleh ABG yang baru memulai karirnya dalam dunia stand-up comedy?

Saya yakin, beberapa dari Anda, akan mulai tergelitik diiringi respon penolakan lainnya.

Sekarang, jika kondisinya dibalik. Menjadi seorang Christiano Ronaldo mengajarkan
cara bersepakbola kepada siswa baru di SSB. Atau kebalikan dari kondisi kedua, 
Alm. Kasino Warkop (jika beliau masih ada bersama kita) melatih para "fresh graduate"
yang ingin serius menekuni bidang komedi dan khasanah perlawakan.

Tentu pada ilustrasi kedua, para sahabat akan lebih mudah menyepakatinya.

Jadi, apa bedanya dari dua kondisi di atas?

Padahal keduanya, sama-sama proses dan aktivitas. Melatih, mengajari, dan mendidik.

Sahabat, 
Pada kondisi kedua, sebenarnya kita lebih setuju karena kedua subjek di atas merupakan
orang-orang yang kita percayai akan kepakaran dan kemahirannya. Tanpa rasa percaya atas
kemampuan yang dimiliki, orang lain tidak akan sembarangan memberikan sebuah predikat
maupun tanggung jawab kepada kita.

Lalu, bagaimanakah cara mendapatkan kepercayaan akan kompetensi kemampuan kita?

Setidaknya rasa percaya akan lahir dari dua hal berikut :

1. INTEGRITAS
   Ketika aktivitas kita dalam rangka melahirkan kepakaran dilakukan dengan penuh integritas
   secara otomatis orang lain akan menilai kita layak. Integritas yang dimaksud secara
   lebih khusus berkutat pada konsistensi, kesungguhan, dan internalisasi karakter yang betul-betul
   mengakar pada kepakaran yang ingin dibangun. 
   
   Sebagai contoh, saya selalu ingat Taekwondoin putri asal Indonesia. Beliau bernama
   Juana Wangsa. Di satu kesempatan, saya bertemu dengan pelatih teknisnya. Pelatih ini
   terkenal kejam dan sangat tegas terhadap anak buahnya. Beliau memaparkan keteguhan Juana saat berlatih.
   Juana Wangsa biasa melakukan latihan tendangan dari sebuah kaki saja sebanyak 3000 kali per hari.
   Tak hanya itu, Juana melakukannya setiap hari. Tujuh hari sepekan.
   Hasilnya, banyak pelatih dan publik akan ikhlas untuk mempercayai bahwa Juana memang atlet taekwondo yang handal.
   
2. PROSES   
   Orang lain akan percaya terhadap kemampuan yang kita pasarkan jika mereka melihat kita dalam
   berproses. Tak pernah ada cara instan untuk menempuh setiap jalur keberhasilan. Dibutuhkan proses
   yang semakin mematangkan kita dalam membangun skill dan kemampuan yang berujung dengan kepakaran.
   
Kedua hal tadi di atas, dalam pendapat saya, mutlak diperlukan bagi siapa saja yang ingin meraih kesuksesan
di bidangnya masing-masing. Kedua aspek tersebut akan melahirkan kepercayaan bagi orang lain
untuk menggelari kepakaran Anda. Perlu untuk diingat bahwa kepakaran adalah penilaian orang lain yang 
dilakukan atau digelarkan kepada anda. Bukan Anda sendiri yang mengaku-aku sebagai pakar. Apalagi asumsi fana
yang sengaja anda instal demi kebutuhan pasar anda sendiri. Sungguh hal yang jauh dari kehormatan.

INTEGRITAS + PROSES = TRUST

Maka, sahabatku yang membaca tulisan ini. Mari bangun kepakaran anda dengan melakukan
aktivitas yang mengasah kemampuan dengan penuh integritas. Kemudian izinkan diri Anda untuk melalui
setiap episode proses perjalanannya. Tuailah kepercayaan dari orang-orang di sekitar Anda tentang kemantapan
kepakaran anda di bidang itu. Sehingga mereka akan menjadi promotor-promotor sukarela yang
dengan suka dan rela mengiklankan anda pada publik.

Canggih...? Bungkus !!  

Akhmad Akbar

|| Career Optimizer ||

0 comments

Leave a comments


WhatsApp