Thumb MENIKMATI KESENGSARAAN

MENIKMATI KESENGSARAAN

3 pekan ke belakang, jagoan paling kecil di rumah, Farhan juga namanya, lapor :

"Om, aku sekarang sudah bisa naik sepeda", katanya dari seberang provinsi sana.

Meluncurlah dengan lancar ketikan demi ketikan di aplikasi tersohor yang dimiliki hampir seluruh pengguna android.

Setelah banyak cerita dan berakhir dengan ngantuk dua pelaku chatting ini, kami resmi mengakhiri sahut menyahutnya obrolan.

Tepat sebelum tidur, terngiang apa yang diceritakan tadi. Bagaimana susah payahnya Farhan belajar naik sepeda. Terutama di usia menjelang berakhirnya tahap Sekolah Dasar.

Perhatikan, bagi yang mahir naik sepeda, ambil folder memori di pikiran kita masing-masing untuk mengingat prosesnya.

Adakah yang langsung bisa dan tidak mengalami proses jatuh?

Saya pikir ada, tapi mungkin ini kelas outlier dalam sequence data.

So, defaultnya, wajarkah orang jatuh saat belajar bersepeda? Tentu kita sepakat kata wajar akan cukup mewakili.

Pertanyaannya, wajarkah jika saat proses belajar menguasai sepeda dan kita terjatuh, kemudian terlentang di tengah tanah lapang, dan kita berdiam sambil terus terkapar dan menikmati langit yang syahdu selama 3 atau 7 hari? Tentu akal pelakunya harus diperiksa.

Maka, seperti proses2 kehidupan kita yang lain, yang memungkinkan kita mengalami jatuh...kenapa menikmatinya?

Dan persis seperti saat belajar naik sepeda, apa yang diperlukan agar bisa menguasainya? Uang, IQ, relasi, kawan, atau lainnya? NO!

Yang kita perlukan adalah kegigihan untuk terus mencoba. Terus mencoba di tengah semua luka akibat terjatuh.

Bersungguh-sungguhlah dalam berproses, setorkan ikhtiar terbaik dan paling menthok yang bisa dilakukan. Jika masih ada celah ikhtiar segera tutup! Tutup dengan seluruh upaya.

Selalu berani memulai proses yang relevan dilakukan untuk mencapai apa yang diinginkan. Bukan malah menikmati kejatuhan kita dalam berproses.

Rasa sakit itulah yang mengajarkan kepada kita bahwa tujuan baik yang ingin dicapai benar-benar berharga untuk dilakukan. Bahwa tujuan ini layak diperjuangkan. Dalam hal apapun. 

Seperih apapun luka yang dihasilkan, pasti akan sembuh. Sekali lagi, pasti akan sembuh. Namun, jalan yang sudah kita lalui tak akan kembali melainkan kita semakin dekat menuju tujuan. 

Seorang pioneer karate di Indonesia pernah mendidik putranya dalam bertarung. "Tanda bahwa kita belum kalah dalam pertarungan, adalah dengan terus memukul".

Maka, jika memang dalam proses menuju kesuksesan ada pukulan yang teralamatkan ke badanmu, untuk apa menikmatinya? Apa faedah menikmati  rasa sakit, dan keterpurukan?  "Pukul" balik kondisi itu dengan kerahkan semua potensimu, semua keringatmu, semua otot pikiranmu!

MAJU!!! Semua orang berakal layak untuk berhasil. Apalagi jika tujuan akhirnya adalah kemuliaan dan kebaikan. So, apa yang sedang anda tunggu ?

Berproseslah, lupakan rasa sakit itu, kayuh terus sepedamu . Dan ijinkan dirimu sendiri untuk menikmati manisnya keberhasilan saat sudah berada di gerbang finish.

Wallahua'lam...

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(Al Ankabut ayat 69)

0 comments

Leave a comments


WhatsApp